Liburan ke Bromo, dari Sunrise Sampai Pasir Berbisik


Liburan ke Bromo, dari Sunrise Sampai Pasir Berbisik - Bromo selalu menjadi daya tarik bagi yang berakhir pekan ke Jawa Timur. Keindahan sunrisenya memang dahsyat. Namun selain itu, Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik juga menarik untuk didatangi.

Bromo, siapa yang tidak kenal sama gunung yang wajib dikunjungi di Jawa Timur. Tapi kalau kenal doang belum cukup, kerennya kalian berkurang kalau belum pernah ke sini.

Oke, ini pengalaman saya ke Bromo pertama kalinya. Jujur saja, saya bukan traveler pecinta gunung. Capek, dingin, ribet, itu yang ada di pikiran pertama saya kalau diajak berlibur yang berhubungan dengan gunung.

Tapi tidak tahu kenapa, waktu teman saya mengajak ke sini langsung interest aja, kebetulan bonus dari kantor juga baru cair. Sebelum berangkat ke Bromo, searching dulu di Google dan tanya ke teman-teman yang sudah pernah ke Bromo perihal apa saja yang perlu dibawa, suasana di Bromo bagaimana.

Dari jawaban yang beraneka ragam, intinya jaket, masker, syal, sarung tangan, dan yang paling penting kamera dan tripod. Karena agak was-was kalau beli perlengkapan di Bromo mahal, sebelum berangkat saya beli semuanya di Surabaya.

Kita berangkat pukul 10.00 dari Surabaya berempat. Setelah agak nyasar-nyasar sedikit dan melewati jalan yang gelap dan berkelok-kelok, sampai di Bromo sekitar pukul 01.00 WIB.

Parkir mobil, langsung banyak pedagang yang menawarkan topi, syal, masker, dsb. Harganya ternyata murah, bisa ditawar lagi. Karena portal masuk ke Bromo baru buka pukul 03.00, kita istirahat dulu deh di mobil. Kenapa di mobil? Karena Bromo dingin, beneran lho.

Sudah pukul 03.30 WIB, kita meluncur ke Bromo dengn menyewa jeep. Harga sewa jeep Rp 600.000, sudah ditawar-tawar. Ya sudah, daripada ketinggalan sunrise, kita langsung deal.

Sampai di bukit untuk menikmati sunrise. Suasana masih gelap dan dinginnya memang pakai banget. Sampai kita sewa jaket lagi Rp 20.000/jaket. Mau pasang tripod pun tangan kaku dan gemetaran karena hawa gunung yang terlalu dingin. Maklum, pertama kalinya ke gunung dan biasa panas-panasan di Surabaya.

Matahari sudah mulai muncul pelan-pelan, wisatawan sudah siap untuk mengabadikan moment ini dengan kamera masing-masing. Subhanallah! Sunrise di Bromo memang keren. Saya sampai terharu bisa menikmatinya. Hawa dingin dan debu sudah tidak terasa lagi, bersyukur bisa menikmati ciptaan Sang Maha Kuasa.

Setelah puas foto-foto dan matahari sudah mulai tinggi, kita melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik. Sepanjang perjalanan kita dimanjakan pemandangan yang keren banget, bukit, tumbuhan, dan hawa pegunungan yang nggak bisa kalian dapat di kota besar.

Pasir Berbisik adalah hamparan pasir yang sangat luas. Recommended banget buat kalian yang suka foto dengan gaya loncat-loncat.

Oke, destinasi selanjutnya adalah Bukit Teletubbies. Kenapa dinamai seperti itu? Ya, karena memang mirip banget sih sama bukit di acara televisi untuk anak-anak itu.

Saya suka banget sama pemandangan di tempat ini, hijau, banyak bunga dan cocok untuk foto-foto gaya India. Whatever, nggak ada yang jelek di Bromo. Puas-puasin deh narsis dan foto-foto di sini. Destinasi terakhir dan paling wajib dikunjungi wisatawan, apalagi kalau bukan Gunung Bromo itu sendiri dengan keindahan kawahnya.

Pukul 10.00 kita sampai di parkiran jeep. Menuju ke Gunung Bromo ada dua cara, naik kuda Rp 100.000/orang atau jalan kaki, kita memilih untuk jalan kaki. Selain hemat juga tentu saja untuk mengabadikan banyak momen.

Karena ini destinasi terakhir, perjalanan mulai terasa lama dan melelahkan. Sampai di tengah perjalanan saya menyerah dan memutuskan naik kuda. Setelah tawar menawar dengan joki kuda, akhirnya saya sepakat dengan harga Rp 20.000 sampai di bawah tangga menuju Bromo.

Buat kalian yang malas jalan kaki, naik kuda merupakan pilihan yang menyenangkan lho. Saya sampai duluan di bawah kaki tangga karena teman-teman yang lain masih kuat jalan kaki.

Sambil menunggu saya ditemani kamera saya, mengabadikan setiap detil dari Gunung Bromo. Kerennya memang pakai banget, parkiran kuda, penduduk yang berjualan, dan tentu saja bunga edelweiss.

Setelah teman-teman sampai, kita siap untuk melewati tangga yang katanya berjumlah 250. Tidak sempat menghitung sih, karena fokusnya cuma satu, penasaran Kawah Bromo seperti apa.

Perjalanan terasa agak lama karena ada badai pasir, jadi kita harus berhenti dulu kalau nggak mau kelilipan. Setelah melewati satu per satu tangga dengan nafas yang terengah-terengah, kita sampai di Puncak Gunung Bromo.

Alhamdullillah, di titik ini saya sangat bersyukur dilahirkan di negara yang indah ini. Bule di sebelah saya pun tidak henti-hentinya kagum dan mengucapkan, "It's so amazing, it's so wonderful". Puas dan bangga, cuma itu yang ada di benak saya.

Badai pasir sudah mulai parah, jadi kita memutuskan untuk turun gunung. Melewati ratusan anak tangga lagi dan melanjutkan jalan kaki sampai ke parkiran jeep. Sampai di parkiran jeep, kita diantarkan ke tempat parkir mobil. Sepanjang perjalanan saya tidur. Capek tapi sangat berkesan. 

Posting Komentar